SEIMBANG.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Republik Indonesia Muhammad Jusuf Kalla (JK) memberikan tausiyah di Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), Minggu (19/6). Tausiyah ini bagian dari rangkaian Inspirasi Ramadan (Irma) Masjid Salman ITB.
Wapres Jusuf Kalla tiba di Masjid Salman pukul 14.08 WIB, didampingi rombongan antara lain Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. Jusuf Kalla membahas tausiyah berjudul "Arti Kepemimpinan Sejati untuk Rahmat Semesta Alam". Menurut Jusuf Kalla, pada dasarnya kita semua adalah pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri.
Ia mengatakan, konsep kepemimpinan dalam setiap agama sama untuk memajukan umat, baik di Islam maupun agama lainnya. "Filosofi kepemimpinan Islam adalah kebersamaan, tak ada kasta. Tapi kita agak terkejut kalau filosofi Islam masuk negara lain. Ternyata Jerman lebih islami (maju)," kata Jusuf Kalla.
Jerman, kata dia, menjadi salah satu negara paling maju di Eropa. Jerman mampu mempraktikkan kebersamaan dan kepemimpinan yang membuahkan kemajuan. Jerman jauh lebih maju jika dibandingkan negara lain, termasuk negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim.
"Sedangkan negara-negara Islam saling membunuh, perang terus," kata Jusuf Kalla, mengacu pada negara-negara di Timur Tengah yang terus saling berperang.
Kondisi umat Islam di Indonesia, JK melanjutkan, sekarang ini jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berpenduduk mayoritas Islam lainnya. Contohnya banyak negara-negara di Timur Tengah yang dilanda perang. "Indonesia jauh lebih aman dibanding negara lain," katanya.
Namun demikian, JK melanjutkan, aman saja tentu tidak cukup. Menurut dia bicara keislaman Indonesia tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. "Kelebihan, kebaikan dan kekurangannya itu menjadi tantangan buat kita," ujarnya.
Kesejahteraan jadi masalah umat Islam Indonesia
Menurut Jusuf Kalla, salah satu kelemahan umat Islam di Indonesia selama ini terkait dengan kesejahteraan. Meski penduduk Indonesia mayoritas memeluk Islam, tetapi mayoritas penduduk tersebut tidak sejahtera.
Jika dikumpulkan 100 pengusaha paling sukses dan kaya di Indonesia, menurutnya paling jumlah pengusaha Islamnya hanya 10 orang. Tetapi jika mengumpulkan 100 orang paling miskin di Indonesia, maka kebanyakan adalah umat Islam.
Berbeda dengan di Turki atau di Malaysia, kata dia, dari 100 orang terkaya bisa jadi 80 persennya umat Islam.
"Indonesia ini muzakinya (pembayar zakat) kurang, sedangkan muztahik (penerima zakat) banyak. Kita harus memperbanyak muzaki," katanya.
Kondisi kemiskinan itulah yang menjadi kelemahan umat Islam di Indonesia. Maka untuk meningkatkan kesejahteraan umat, ia mengajak cara yang dipakai Nabi Muhammad SAW, yakni berdagang.
"Dagang itu sunnah rasul, bukan sunnah China," katanya, mengacu pada kesuksesan orang China di bidang perdagangan.
Ia pun mengapresiasi banyak alumnus ITB yang menjadi pengusaha sukses. Selain itu, ITB juga mengembangkan ilmu bisnis dan manajemen. "Sehingga lebih banyak insinyur yang menjadi pengusaha," katanya.
Dengan banyaknya umat Islam Indonesia yang kaya dan sukses, maka akan meningkatkan wibawa negara, bahkan di dunia internasional.
Umat Islam di Indonesia juga diminta mengubah paradigma hidup di dunia. Dalam doa umat Islam, kata dia, hidup di dunia harus sama suksesnya dengan kehidupan di akherat.
"Kita harus berusaha mencari kebaikan dunia dan akhirat. Dalam doa kan robbana atina fiddunya hasanah. Dunia dulu baru akhirat. Kalau dunia baik baru baik di akherat. Jadi dalam konsep Islam dunia harus maju," katanya.
Ia mengingatkan, jangan sampai di balik, yakni menderita di dunia dengan harapan di akhirat menjadi lebih baik. Padahal Islam tidak mengenal konsep penderitaan hidup di dunia untuk mencapai kebaikan di akhirat.(ma)