SEIMBANG.COM - Dewasa atau belumnya seseorang itu tidak selamanya bisa dilihat dari usia. Banyak yang masih muda, namun pola pikir dan sikapnya sudah seperti orang dewasa. Dan sebaliknya, tidak sedikit orang yang usianya sudah banyak namun masih bersikap seperti anak-anak ataupun remaja.
Dewasa atau tidaknya seseorang lebih ditentukan oleh kondisi mental. Bagaimana caranya menjalani hidup ini serta bagaimana caranya menghadapi sebuah situasi. Bila dulu saat masih remaja, kamu menghabiskan waktumu dengan menebak-nebak isi pikiran gebetanmu. Dia sedang apa ya? Kira-kira dia punya perasaan yang sama ya? Kini kamu sudah tidak punya waktu lagi untuk memikirkan hal yang sama. Di kepalamu berjubelan pertanyaan yang minta dipikirkan, sampai terkadang membuatmu kewalahan.
Nah, kali ini Hipwee akan membantumu mengenali diri sendiri. Bila kalimat-kalimat ini pernah singgah di pikiranmu, mungkin benar kamu sudah dewasa.
1. ‘Umur udah segini, tapi perasaan hidupku masih gini-gini aja’
Semakin kamu dewasa, semakin kamu sering mengevaluasi diri. Sesekali ada rasa sesal karena sekian lama waktu berjalan, pencapaian hidupmu belum seberapa. Mungkin sesekali kamu juga iri dengan teman-temanmu yang terlihat lebih mentereng. Rasa minder itu pasti pernah ada. Tapi tak perlu panik, itu wajar, asal jangan terlalu lama. Kamu harus segera membuat rencana.
2. ‘Sebenarnya aku ini lagi ngapain sih?’
Ekspektasimu ketika masih remaja adalah, menjadi dewasa artinya pijakanmu sudah kuat. Kamu sudah tahu apa yang akan kamu lakukan seumur hidupmu. Tidak ada galau-galau labil lagi, karena orang dewasa dianggap tahu segalanya. Nyatanya tidak begitu juga. Menjadi dewasa, terkadang kamu merasa tersesat dan tidak tahu apa yang sebenarnya kamu cari.
3. ‘Yang kulakukan ini benar apa salah sih?’
Setelah mengambil sebuah keputusan besar, atau mengambil sikap kepada seseorang, apakah kamu sering bertanya apakah kamu sudah benar? Itu hal yang wajar. Rasa tak yakin pada apa yang dilakukan sendiri itu bukan tanda bahwa kamu kurang percaya diri, melainkan kamu sudah belajar untuk melihat persoalan dari banyak sisi.
4. ‘Persetan. Toh, mereka nggak tahu apa-apa’
Dulu omongan orang adalah hal yang sangat menakutkan. Bagimu, pendapat orang adalah hal yang wajib dipedulikan karena kamu selalu ingin disenangi semua orang. Tapi semakin dewasa, kamu semakin pintar memilah mana yang penting dan tidak. Tidak semua omongan orang perlu didengarkan. Karena hidup ini kamu yang menjalani, dan orang lain tidak tahu apa-apa.
5. ‘Apa sih yang kuharapkan dari kerjaan ini?’
Saat dulu kamu baru menjadi sarjana pekerjaan apa saja kamu terima atas nama cari pengalaman. Tak muluk-muluk berharap gaji tinggi, yang penting cukup untuk membuatmu mandiri dan tidak merepotkan orang tua lagi. Namun kini, kamu mulai mempertanyakan apakah pekerjaanmu itu cukup menjanjikan? Apakah ada jenjang karir yang jelas, dan apakah gaji yang ditawarkan layak? Sederhana saja: sekarang kamu mulai memikirkan masa depan dan hari-hari tua.
6. ‘Buat apa?’
Jiwa yang masih muda seringkali hanya mengikuti kesenangan saja. Ini dan itu dilakukan tanpa memikirkan akibatnya. Belanja barang-barang yang diinginkan tanpa tahu untuk apa. Ini dan itu diiyakan hanya supaya ikut berpartisipasi. Namun bila kini kamu berhenti mengiyakan semua hal dan mulai mempertanyakan segala hal, berarti benar, kamu sudah dewasa. Karena kamu tidak mau melakukan hal yang sia-sia.
7. ‘Buat apa sih pacaran?’
Dulu pacaran adalah hal yang menyangkut prinsip dan harga diri. Jomblo sebulan sudah bisa membuatmu kelabakan takut menjadi perawan tua. Lalu kamu mulai galau di media sosial dan menyusun banyak rencana untuk mencari pacar. Aneh memang, namun seiring kedewasaan, kamu malah bertanya-tanya pacaran buat apa? Kamu sibuk mengejar cita-cita dan meng-upgrade diri sendiri. Pacaran untuk sekadar have fun bukan lagi hal yang kamu pertimbangkan. Karena untuk masa depan kamu tentu tidak mau sembarangan.
8. ‘Jodoh itu beneran ada nggak sih?’
Dulu kamu percaya begitu saja bahwa semua ada pasangannya. Jadi kamu tak perlu khawatir tidak dapat jatah, karena ada orang yang diciptakan khusus untukmu. Namun, melihat kenyataan kini kamu jadi pesimis sendiri. Bukannya apa-apa, jumlah perempuan dan laki-laki yang tak sama, lalu banyaknya orang yang memutuskan untuk tidak menikah, membuatmu bertanya-tanya: Apa iya ada seseorang yang diciptakan untukmu di luar sana? Bagaimana bila jodohmu adalah orang yang memutuskan untuk tidak menikah selamanya?
9. ‘Kenapa sih kita harus nikah?’
Hayo ngaku, adakah yang pernah berpikir kenapa kita harus menikah? Apakah harus dengan cara menikah untuk bisa membentuk keluarga dan punya keturunan? Lalu kamu pun bertanya-tanya, kalau tujuannya hanya untuk mempunyai anak, itu ‘kan banyak anak yatim piatu yang menunggu untuk kamu bantu? Ah, begitulah dunia orang dewasa. Seringkali kamu mempertanyakan segala hal dan ogah sekadar ikut-ikutan. Dan pertanyaanmu yang ini, akan membuatmu dilihat tidak umum ;p
10. ‘Ternyata Bapak sama Ibu sudah tua ya?’
Selama ini kamu terlalu sibuk mengejar mimpi. Berangkat pagi-pagi dan pulang malam hari. Berbincang dengan keluarga pun hanya sekadarnya. Kamu yang merantau pulang setahun sekali, menelepon orang tua seminggu sekali. Di satu momen nanti, kamu akan menyadari bahwa di saat kamu sibuk bekerja dan mengejar cita-cita, orang tuamu juga menua. Berapa banyak waktu yang tersisa?
11. ‘Ayah dan Ibu bangga nggak sih padaku?’
Di momen ketika kamu menyadari bahwa orang tuamu semakin menua, mungkin kamu juga bertanya-tanya apakah selama ini kamu sudah cukup berbakti kepada mereka? Apakah kamu sudah bisa menjadi anak yang mereka gadang-gadang saat kecil dulu? Apakah apa yang kamu berikan sudah cukup mereka bangga? Karena meskipun kamu harus menghidupi mimpimu sendiri, kamu tentu ingin menjadi anak yang sesuai dengan harapan orang tua.
Pergeseran pola pikir menjadi sosok dewasa ini memang unik. Terkadang aneh, terkadang membingungkan, tak jarang pula menakutkan. Kamu mungkin merasa gagal ketika sampai pada pertanyaan ‘Umur sudah segini, tapi hidup kok masih begini-begini aja’, tapi sebenarnya kamu sedang menata diri. Kamu mungkin merasa begitu takut menghadapi pertanyaan ‘Aku ini sebenarnya ngapain sih?’, namun justru dari sana kamu sedang mengevaluasi diri dan barangkali menentukamn arah. Kamu mungkin merasa gila dan aneh ketika bertanya-tanya ‘Emang kita harus banget nikah ya?’, namun sebenarnya kamu sedang belajar memahami diri sendiri dan tak mau melakukan sesuatu hanya karena semua orang melakukannya.
Tak perlu takut menghadapi pertanyaan-pertanyaan dalam diri. Pertanyaan-pertanyaan itu justru memaksa kita untuk berpikir kritis dan bersikap dewasa menghadapi segala problematika kehidupan. Sebab kamu memang bukan pohon yang tidak bisa pindah ke mana-mana, ataupun kantong plastik yang ikut saja ke mana angin membawanya. Kamu adalah individu unik yang sedang asyik mengarungi tahap-tahap kehidupan.
Selamat, kamu sudah dewasa!